SMPN 2 Rogojampi dalam masa pandemi ini, memberikan perhatian pada anak berkebutuhan khusus (ABK).Hal itu dapat dilihat ketika sekolah itu melaksanakan kegiatan orientasi mobilitas inklusi di Grand Watu Dodol dan Pantai Cacalan (20/11/2021) dengan dukungan sepenuhnya bus wisata gratis dari Dishub Banyuwangi menuju destinasi wisata Grand Watu Dodol dan Pantai Cacalan (20/11/2021).
Plt Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Banyuwangi H. Dwi Yanto menuturkan, tempat wisata yang akan dikunjungi sudah terverifikasi penerapan protokol kesehatannya.
“Kebetulan destinasi wisata yang kami pilih untuk dilalui angkutan wisata ini sangat diminati, dan telah terverifikasi penerapan protokol kesehatan oleh tim Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,” jelasnya.
Sebanyak dua armada, yakni bus ukuran sedang disiapkan oleh pihak Dishub. Dua armada bus tersebut mengangkut 34 sahabat inklusi dan 6 pembina. Rute angkutan wisata gratis ini akan memulai keberangkatan dari Sekolah di jalan poros propinsi lalu menjemput petugas dari Dishub di Terminal Brawijaya, Kelurahan Kebalen Kecamatan Banyuwangi.
Menurut Wiwik Sunarsih , koordinator Guru BK SMPN 2 Rogojampi, Sejak tahun 2014 , sekolahnya menjadi Sekolah Inklusi. Tercatat saat ini ada 24 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang masuk sekolah reguler. Namun, sekolah inklusi kadang masih tak didukung oleh masyarakat sekitar. Sehingga, saat ini semua sekolah bisa menerima Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Namun, penerimaan pelajar dan masyarakat kadang masih tak mendukung. Hal ini ditengarai dengan berbagai problem yang timbul.
Adapun Tunjuannya untuk pembelajaran diluar sekolah bagi ABK.
” Kegiatan ini bertemakan Orientasi Mobilitas Inklusi ini khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus ( ABK ) SMPN 2 Rogojampi agar menjadi sumber inspirasi pembelajaran, ” ujarnya.
Sebagai Sekolah inklusi SMPN 2 Rogojampi disiapkan agar anak berkebutuhan khusus (ABK) bisa mengenyam hak pendidikan yang sama. Dengan begitu, sekolahnya perlu menyiapkan diri memberikan pelayanan yang dibutuhkan ABK, tambah Wiwik.
Menurut Kepala SMPN 2 Rogojampi menyampaikan pentingnya perubahan pola pikir masyarakat mengenai pendidikan umum inklusi di sekolah reguler.
“Apabila ABK butuh perhatian khusus maka perlu dicarikan alternatif yang bisa membantunya untuk bisa tetap belajar. Pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan minat, bakat, dan kompetensi dari peserta didiknya. Kemudian juga terdapat *orientasi mobilitas,* yakni pengetahuan dasar agar anak tersebut bisa menguasai lingkungan sekitarnya sehingga mereka merasa aman dan diterima di lingkungannya, “katanya.
“Sebab, guru di sekolah yang dipimpinnya harus memiliki kompetensi untuk menyelenggarakan program khusus masih sangat minim.
Nah, di sekolah reguler itu belum ada. Sehingga ketika dari awal mereka menjalani sekolah reguler, akan sangat berat sekali bebannya,” ujarnya.
Untuk itulah Agus Syafi’i mengapresiasi dedikasi para guru pendamping. Sebab, menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus harus ada hubungan batin yang erat dengan muridnya. Karenanya ia berharap agar kegiatan ini jadi inspirasi sekolah lain dapat mendorong perubahan persepsi masyarakat mengenai ABK yang berkonotasi negatif. Sebab, guru di sekolah yang dipimpinnya harus memiliki kompetensi untuk menyelenggarakan program khusus inklusi masih sangat minim.
“Tidak mungkin kita mencapai merdeka belajar tanpa sekolah yang inklusif,” katanya.
“Ketika kami menerima murid baru, mereka belum dibekali dengan kompetensi kekhususan misalkan orientasi mobilitas bagi inklusi, ” tambahnya.
Sementara Menurut Narasumber, Indah Windoyo Ketua Aura Lentera , Luar biasa kami sangat mengapresiasi pihak SMPN 2 Rogojampi dapat mewujudkan sekolah inklusi dengan nyata, mengajarkan apa makna inklusi dengan kegiatan lapangan, sehingga
sahabat- sahabat inklusi merasa dihargai dan dimanjakan dengan kegiatan yang luar biasa ini.
Kegiatan ini kami yakin akan memudahkan bagi para siswa untuk lebih saling mengenal dan menghargai perbedaan. Kami berharap sekolah-sekolah yang lain akan melakukan kegiatan seperti ini, tambah Indah.
Materi game Tali Ruwed, mengajarkan kerja sama, kemampuan bersabar, membagi tugas, dan melihat persoalan tidak terpaku pada kesulitannya namun pada kemungkinan solusinya sebagai Different ability, Yang biasa disebut ” cacat ” sebagai kekurangannya kami menyebutnya “istimewa”
Kesetaraan adalah satu-satunya pilihan bagi anak berkebutuhan khusus dengan autisme, lambat belajar, atau lainnya untuk memperoleh pendidikan dan pelajaran yang sesuai. Anak berkebutuhan khusus juga bisa menerima pendidikan di sekolah inklusi tempat di mana anak-anak dapat belajar bersama dengan anak-anak reguler lainnya, sehingga mereka dapat beradaptasi dan menerima pendidikan sebaik mungkin.
“Hak dan kewajiban yang sama dengan peserta didik reguler lainnya di kelas
Berbagai fasilitas untuk belajar dan mengembangkan diri, terlepas dari keterbatasannya, “harap Indah.
Robyn “Hore” Febrianto sebagai relawan semakin menegaskan pada dasarnya semua orang punya potensi dan mencoba mendorong potensi-potensi itu agar bisa teroptimalkan. Dia pun menjelaskan bahwa prinsipnya kita bisa menghilangkan segala hambatan, maka seseorang itu tidak lagi menjadi minder atas kekurangannya,
dorongan untuk lebih percaya diri adalah hal yang paling dibutuhkan ABK.
“Kesempatan untuk belajar dan menjalin persahabatan bersama teman sebaya, memperoleh kesetaraan bersama anak lainnya yang tidak memiliki keterbatasan serupa sehingga terlatih dan terdidik untuk dapat menghargai, menghormati, dan menerima satu sama lain dengan penuh empati, “pungkas Robyn.(Ilham Triadi)
Sumber: Jurnalnews.com